SBSEdition

  • Subscribe to our RSS feed.
  • Twitter
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Facebook
  • Digg

Tuesday, March 31, 2009

Mutiara Kata

Posted on 8:59 PM by Unknown
#Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Senyumam kepada saudaramu adalah sedekah"

#Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Semua amal anak Adam A.S. dilipatgandakan kebaikan (pahala) dari 10 sampai 700 kali ganda kecuali ibadah puasa. Ada pun puasa itu adalah untuk Allah s.w.t.. dan Dia akan terus memberikan pahala kepada sekelian" (Riwayat Muslim)

#Dari Ummu Mukminin Aisyah R.A, Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Adalah Rasululluh s.a.w. apabila masuk (tanggal) sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Baginda s.a.w. bersedih dan bersiap-siap menghidupkan (beramal) pada malam hari. (Riwayat Muttfaq Alaihi)
Read More
Posted in Mutiara | No comments

Saturday, March 28, 2009

Building a Reusable Builder: An internal DSL in C#

Posted on 9:17 AM by Unknown
Sitting and enjoying the OpenSpace Coding Day at Conchango, and in particular enjoying Ian Coopers talk on Internal DSLs in C# I came to thinking how it might be quite simple to create a reusable builder object. I’ve done some posts on this sort of thing before, and have spent quite a bit of time recently at work constructing the beginnings of a Language Workbench (I say beginnings as I’m
Read More
Posted in | No comments

Abu Hanifah An-Nu'man (bukti akan kepandaian dan kecerdasannya)

Posted on 8:40 AM by Unknown
Dia adalah gurunya kaum laki-laki, seorang wanita yang suka kebenaran, putri dari seorang laki-laki yang suka kebenaran, yaitu Khalifah Abu Bakar dari suku Quraisy At-Taimiyyah di Makkah, ibunda kaum mukmin, istri pemimpin seluruh manusia, istri Nabi yang paling dicintai, sekaligus putri dari laki-laki yang paling dicintai Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, bahwa Amr bin Ash Rodhiallahu anhu
pernah bertanya kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam: ;Siapakah orang yang paling engkau cintai, wahai Rasulullah?" Rasul menjawab: '''Aisyah.'' 'Amr bertanya lagi: "Kalau laki-­laki?"
Rasul menjawab:"Ayahnya.Selain itu Aisyah adalah wanita yang dibersihkan namanya langsung dari atas langit ketujuh. Dia juga adalah wanita yang telah membuktikan kepada dunia sejak 14 abad yang lalu bahwa seorang wanita memungkinkan untuk lebih
pandai daripada kaum laki-laki dalam bidang politik atau strategi perang.
Wanita ini bukan lulusan perguruan tinggi dan juga tidak pernah belajar dari para orientalis dan dunia Barat. Ia adalah murid dan alumni madrasah kenabian dan madrasah iman. Sejak kecil ia sudah diasuh oleh seorang yang paling utama,yaitu ayahnya, Abu Bakar. Ketika menginjak dewasa ia diasuh oleh seorang nabi dan guru umat manusia, yaitu suaminya sendiri. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Dengan demikian, terkumpullah dalam dirinya ilmu,keutamaan, dan keterangan-keterangan yang menjadi referensi manusia sampai saat ini. Teks hadits-hadits yang diriwayatkannya selalu menjadi bahan kajian di fakultas-fakultas sastra, sebagai kalimat yang begitu tinggi nilai sastranya.Ucapan dan fatwanya selalu menjadi bahan kajian di fakultas-fakultas agama, sedang tindakan-tindakannya menjadi materi penting bagi setiap pengajar mata pelajaran/mata kuliah sejarah bangsa Arab dan Islam.Pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dengannya merupakan perintah langsung dari Allah 'Azza wa jalla setelah wafatnya Khadijah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari 'Aisyah Rodhiallahu anha, dia berkata: "Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam pernah bersabda: 'Aku pernah melihat engkau dalam mimpiku tiga hari berturut-turut (sebelum aku menikahimu). Ada malaikat yang datang kepadaku dengan membawa gambarmu yang ditutup dengan secarik kain sutera. Malaikat itu berkata: 'Ini adalah istrimu'. Aku pun lalu membuka kain yang menutupi wajahmu. Ketika ternyata wanita tersebut adalah engkau ('Aisyah), aku lalu berkata: 'Jika mimpi ini benar dari Allah, kelak pasti akan menjadi kenyataan.''
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menikahi 'Aisyah dan Saudah pada waktu yang bersamaan. Hanya saja pada saat itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak langsung hidup serumah dengan 'Aisyah. Setelah kurang lebih tiga tahun hidup serumah dengan Saudah, tepatnya pada bulan Syawal setelah perang Badar, barulah
beliau hidup serumah dengan 'Aisyah. 'Aisyah menempati salah satu kamar yang terletak di komplek Masjid Nabawi.yang terbuat dari batu bata dan beratapkan pelepah kurma. Alas tidurnya hanyalah kulit hewan yang diisi rumput kering;alas duduknya berupa tikar; sedang tirai kamarnya terbuat dari bulu hewan. Di rumah yang sederhana itulah 'Aisyah memulai kehidupan sebagai istri yang kelak akan menjadi perbincangan dalam sejarah.Pernikahan bagi seorang wanita adalah sesuatu yang utama dan penting. Setelah menikah, seorang wanita akan menjadi istri dan selanjutnya akan menjadi seorang ibu. Kekayaan dunia sebanyak apa pun, kemuliaan setinggi awan, kepandaian yang tak tertandingi, dan jabatan yang begitu tinggi, sekali-kali tidak akan ada artinya bagi seorang wanita jika tidak menikah dan tidak mempunyai suami, sebab tidaklah mungkin bahagia seseorang yang berpaling darifitrahnya.Dalam kehidupan berumah tangga, 'Aisyah merupakan guru bagi setiap wanita di dunia sepanjang masa. Ia adalah sebaik-baik istri dalam bersikap ramah kepada suami, menghibur hatinya, dan menghilangkan derita suami yang berasal dari luar rumah, baik yang disebabkan karena pahitnya kehidupan maupun karena rintangan dan hambatan yarig ditemui ketika menjalankan tugas agama. 'Aisyah adalah seorang istri yang paling berjiwa mulia, dermawan, dan sabar dalam mengarungi kehidupan bersama Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam yang serba kekurangan, hingga pernah dalam jangka waktu yang lama di dapurnya tidak terlihat adanya api untuk pemanggangan roti atau keperluan masak lainnya. Selama itu mereka hanya makan kurma dan minum air putih.Ketika kaum muslim telah menguasai berbagai pelosok negeri dan kekayaan datang melimpah, 'Aisyah pernah diberi uang seratus ribu dirham. Uang itu langsung ia bagikan kepada orang-orang hingga tak tersisa sekeping pun di tangannya, padahal pada waktu itu di rumahnya tidak ada apa-apa dan saat itu ia sedang berpuasa. Salah seorang pelayannya berkata: "Alangkah baiknya kalau engkau membeli sekerat daging meskipun satu dirham saja untuk berbuka puasa!" Ia menjawab: "Seandainya engkau katakan hal itu dari tadi, niscaya aku melakukannya.Dia adalah wanita yang tidak disengsarakan oleh kemiskinan dan tidak dilalaikan oleh kekayaan. Ia selalu menjaga kemuliaan dirinya, sehingga dunia dalam pandangannya adalah rendah nilainya. Datang dan perginya dunia tidaklah dihiraukannya.Dia adalah sebaik-baik istri yang amat memperhatikan dan memanfaatkan pertemuan langsung dengan Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam, sehingga dia menguasai berbagai ilmu dan memiliki kefasihan berbicara yang menjadikan dirinya sebagai guru para shahabat dan sebagai rujukan untuk memahami Hadits, sunnah, dan fiqih. Az-Zuhri berkata: "Seandainya ilmu semua wanita disatukan,lalu dibandingkan dengan ilmu 'Aisyah, tentulah ilmu 'Aisyah lebih utama daripada ilmu mereka.

"1 Hisyam bin 'Urwah meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata: "Sungguh aku telah banyak belajar dari 'Aisyah. Belum pernah aku melihat seorang pun yang lebih pandai daripada 'Aisyah tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah diturunkan,hukum fardhu dan sunnah, syair, permasalahan yang ditanyakan kepadanya, hari-hari yang digunakan di tanah Arab,nasab, hukum, serta pengobatan. Aku bertanya kepadanya: 'Wahai bibi, dari manakah engkau mengetahui ilmu pengobatan?' 'Aisyah menjawab: 'Aku sakit, lalu aku diobati dengan sesuatu; ada orang lain sakit juga diobati dengan sesuatu; dan aku juga mendengar orang banyak, sebagian mereka mengobati sebagian yang lain, sehingga aku mengetahui dan menghafalnya.

"'2 Dalam riwayat lain dari A'masy, dari Abu Dhuha dari Masruq, Abud Dhuhaberkata: "Kami pernah bertanya kepada Masruq: 'Apakah 'Aisyah juga menguasai ilmu faraidh?' Dia menjawab: 'Demi Allah, aku pernah melihat para shahabat Nabi Sholallahu alaihi wasallam yang senior biasa bertanya kepada 'Aisyah tentang faraidh.

"'3 Selain memiliki berbagai keutamaan dan kemuliaan, 'Aisyah juga memiliki kekurangan, yakni memiliki sifat gampang cemburu. Bahkan dia termasuk istri Nabi Sholallahu alaihi wasallam yang paling besar rasa cemburunya. Rasa cemburu memang termasuk sifat pembawaan seorang wanita. Namun demikian, perasaan cemburu yang ada pada 'Aisyah masih berada dalam batas yang wajar dan selalu mendapat bimbingan dari Nabi, sehingga tidak sampai melampaui batas dan tidak sampai menyakiti istri Nabi Sholallahu alaihi wasallam yang lain.Di antara kejadian paling menggelisahkan yang pernah menimpa 'Aisyah adalah tuduhan keji yang terkenal dengan sebutan Haditsul ifki (berita bohong-Insyaa Allah akan dibahas diKIS.com di pembahasan yang lain) yang dituduhkan kepadanya, padahal diri 'Aisyah sangat jauh dengan apa yang dituduhkan itu. Akhirnya, turunlah ayat Al-Qur'an yang menerangkan kesucian dirinya. Cobaan yang menimpa wanita yang amat utama ini merupakan pelajaran berharga bagi setiap wanita, karena tidak ada wanita di dunia ini yang bebas dari tuduhan buruk.Ketika Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam sakit sekembalinya dari haji Wada' dan merasa bahwa ajalnya sudah dekat, setelah dirasa selesai dalam menunaikan amanat dan menyampaikan risalah, beliau lalu berkeliling kepada istri-istrinya sebagaimana biasa. Pada saat membagi jatah giliran kepada istri-istrinya itu beliau selalu bertanya: "Di mana saya besok? Di mana saya lusa?" Hal ini mengisyaratkan bahwa beliau ingin segera sampai pada hari giliran 'Aisyah. Para istri Nabi yang lain pun bisa mengerti hal itu dan merelakan Nabi untuk tinggal di tempat istri yang mana yang beliau sukai selama sakit, sehingga mereka semuanya berkata: "Ya Rasulullah, kami rela memberikan jatah giliran,kami kepada 'Aisyah.

4 Kekasih Allah itu pun pindah ke rumah istri tercintanya. Di sana 'Aisyah dengan setia menjaga dan merawat beliau.Bahkan saking cintanya, sakit yang diderita Nabi itu rela 'Aisyah tebus dengan dirinya kalau memang hal itu memungkinkan. 'Aisyah berkata: "Aku rela menjadikan diriku, ayahku, dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah."Tak lama kemudian Rasul pun wafat di atas pangkuan 'Aisyah.'Aisyah melukiskan detik-detik terakhir dari kehidupan Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam sebagai berikut: "Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam meninggal dunia di rumahku, pada hari giliranku, dan beliau bersandar di dadaku. Sesaat sebelum beliau wafat, 'Abdur Rahman bin Abu Bakar (saudaraku) datang menemuiku sambil membawa siwak, kemudian Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam melihat siwak tersebut, sehingga aku mengira bahwa beliau menginginkannya. Siwak itu pun aku minta, lalu kukunyah (supaya halus), kukebutkan, dan kubereskan sebaik-baiknya sehingga siap dipakai. Selanjutnya, siwak itu kuberikan kepada Nabi Sholallahu alaihi wasallam. Beliau pun bersiwak dengan sebaik-baiknya, sehingga belum pernah aku melihat cara bersiwak beliau sebaik itu. Setelah itu beliau bermaksud memberikannya kembali kepadaku, namun tangan beliau lemas. Aku pun mendo'akan beliau dengan do'a yang biasa diucapkan Jibril untuk beliau dan yang selalu beliau baca bila beliau sedang sakit.(Alloohumma robban naasi... dst.) Akan tetapi, saat itu beliau tidak membaca do'a tersebut, melainkan beliau mengarahkan pandangannya ke atas, lalu membaca do'a: 'Arrofiiqol a'laa (Ya Allah, kumpulkanlah aku di surga bersama mereka yang derajatnya paling tinggi: para nabi, shiddiqin, syuhada', dan shalihin). Segala puji bagi Allah yang telah menyatukan air liurku dengan air liur beliau pada penghabisan hari beliau di dunia.

5 Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam dimakamkan di kamar 'Aisyah. tepat di tempat beliau meninggal.
Sepeninggal Rasulullah, 'Aisyah banyak menghabiskan waktunya untuk memberikan ta'lim. baik kepada kaum laki-laki
maupun wanita (di rumahnya) dan banyak berperan serta dalam mengukir sejarah Islam sampai wafatnya. 'Aisyah wafat pada malam Selasa bulan Ramadhan tahun 57 Hijriyah pada usia 66 tahun.

6 Para generasi sepeninggal 'Aisyah selalu mengkaji dan meneliti detail kehidupannya sejak usia 6 tahun,
dengan harapan bisa mengambil hikmah dan ibrah dari model tarbiyyah (pendidikan) yang telah membentuk pribadi
beliau menjadi figur tunggal yang belum ada duanya sejak empat belas abad silam.

1) Baca Al-Mustadrak IV/11, pembahasan tentang Pengetahuan para shahabat, oleh Al-Hakim; dan Majma'uz
Zawaa'id IX/245 oleh Al-Haitsami. Al-Haitsami berkata: "Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dengan rawi
yang tepercaya."

2) Baca Hilyatul Auliya' II/49. Riwayat ini memiliki rawi yang tsiqqah.

3) Hadits ini diriwayatkan oleh Darimi dalam As-Sunan II/342, Ibnu Sa'd dalam At-Thabaqat VIII/66, dan Hakim dalam Al-Mustadrak IV/11.

4) Baca Shahih Muslim, kitab Keutamaan Para Shahabat, bab Keutamaan Aisyah Rodhiallahu anha.
5) Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad (Al-Musnad V1/48) dan Hakim (Al-Mustadrak 1V/

7). Hakim berkata: "Hadits ini shahih berdasarkan syarat yang ditetapkan Bukhari dan Muslim." Adz-Dzahabi juga sepakat atas keshahihan Hadits ini.

6) Baca Al-Istii'aab IV/1885 dan Taariikhut Thabari (Peristiwa-peristiwa pada tahun 58 Hijriyah). Sumber: Nisaaun
hoularrosuul warrodda alaa muftaroo yaatil mustasyriqoini.


Read More
Posted in Article | No comments

Ummu Haram Binti Malhan -radhiallaahu 'anha-nhu

Posted on 8:38 AM by Unknown
Beliau adalah Ummu Haram binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghannam bin Adi bin Nazar al-Anshariyah an-Najjariyyah al-Madaniyyah.


Beliau adalah saudari Ummu Sulaiman, bibi dari Anas bin Malik pembantu Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam,Beliau adalah istri dari sahabat yang agung yang bernama Ubadah bin ash-Shamit. Kedua saudaranya adalah Sulaim dan Haram; keduanya ikut di dalam perang Badar dan Uhud dan kedua-duanya syahid pada perang Biir Maunah. Adapun Haram adalah seorang pejuang yang tatkala ditikam dari belakang beliau mengatakan,;Aku telah berjaya demi Rabb Kabah;.Ummu Haram termasuk wanita yang terhormat, beliau masuk Islam, berbaiat kepada Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dan ikut berhijrah. Beliau meriwayatkan hadis Anas bin Malik meriwayatkan dari beliau dan ada juga yang lain yang meriwayatkan dari beliau.

Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam memuliakan beliau dan pernah mengunjungi beliau di rumahnya dan istirahat sejenak di rumahnya. Beliau dan Ummu Sulaim adalah bibi Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam baik apabila dihubungkan dengan sepersusuan ataupun dikaitkan dengan nasab, sehingga menjadi halal menyendiri
keduanya.

Anas bin Malik berkata; ;Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam masuk ke rumah kami, yang mana tidak ada yang didalam melainkan saya, ibuku (Ummu Sulaim) dan bibiku Ummu Haram. Beliau bersabda : ;Berdirilah kalian, aku akan shalat bersama kalian;. Maka beliau shalat bersama kami pada saat bukan waktu shalat wajib.

Ummu Haram berangan-angan untuk dapat menyertai peperangan bersama mujahidin yang menaiki kapal untuk menyebarkan dakwah dan membebaskan manusia dari peribadatan kepada sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah saja. Akhirnya Allah mengabulkan angan-angannya dan mewujudkan cita-citanya. Tatkala dinikahi oleh sahabat agung yang bernama Ubadah bin Shamit, mereka keluar untuk berjihad bersama dan Ummu Haram mendapatkan syahid disana dalam perang Qubrus (Syprus).

Anas berkata: ;Adalah Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam apabila pergi ke Quba beliau mampir kerumah Ummu Haram binti Malhan, kemidian Ummu Haram mwnyediakan makanan bagi beliau. Adapun suami Ummu Haram adalah Ubadah bin Shamit. Pada suatu hari Rasululllah shallallâhu 'alaihi wa sallam mampir kerumah beliau,Ummu Harampun menyediakan untuk beliau, makanan kemudian Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam menyandarkan kepalanya dan Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam tertidur. Tidak beberapa lama kemudian beliau bangun lalu beliau tertawa. Ummu Haram bertanya, ;Apa yang membuat anda tertawa ya Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam?; Beliau bersabda: ;Sekelompok manusia dari kelompok-Ku, mereka berperang di jalan Allah I dan berlayar di lautan sebagaiman raja-raja diatas pasukannya atau laksana para raja yang memimpin pasukannya;.

Ummu Haram berkata: ;Wahai Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam do`akanlah agar aku termasuk golongan mereka;.

Kemudian Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam mendo`akan Ummu Haram lalu meletakkan kepalanya dan melanjutkan tidurnya. Sebentar kemudian beliau terbangun dan tertawa.

Ummu Haram bertanya, ;Wahai Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam apa yang membuat anda tertawa?;.Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
;Sekelompok manusia dari umatku akan diperlihatkan kepadaku tatkala berperang di jalan Allah Ta'ala laksana raja bagi pasukannya;.

Ummu Haram berkata : ;Wahai Rasululllah! do`akanlah agar saya termasuk golongan mereka;.Rasululllah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda :

Engkau termasuk golongan para pemula;.

Anas bin Malik berkata: Ummu Haram keluar bersama suaminya yang bernama Ubadah bin Shamit. Tatkala telah melewati laut, beliau naik seekor hewan kemudian hewan tersebut melemparkan beliau hingga wafat. Peristiwa tersebut terjadi pada perang Qubrus (Syprus), sehingga beliau dikubur disana. Ketika itu pemimpin pasukan adalah Mu`awiyah bin Abi Sufyan pada masa khalifah Utsman bin Affan, semoga Allah merahmati mereka seluruhnya.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 27 Hijriyah.Begitulah, Ummu Haram adalah termasuk salah satu dari keluarga mulia yang setia terhadap prinsip yang dia pegang,yang mana beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk menyebarkan aqidah tauhid yang murni. Beliau tidak mengharapkan setelah itu melainkan ridha Allah `Azza wa jalla.


(Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka ATTIBYAN)


Read More
Posted in Article | No comments

Abu Hanifah An-Nu'man (bukti akan kepandaian dan kecerdasannya)

Posted on 8:37 AM by Unknown
"Abu Hanifah An-Nu'man adalah tabi'in yang sangat menjaga diri dari yang diharamkan Allah, banyak diam dan tak pernah berhenti untuk berfikir."(Imam Abu Yusuf)

Suatu ketika Abu Hanifah menjumpai Imam Malik yang tengah duduk bersama beberapa sahabatnya. Setelah Abu Hanifah keluar, Imam Malik menoleh kepada mereka dan berkata:"Tahukah kalian, siapa dia?" Mereka menjawab:
"Tidak." Beliau berkata: "Dialah Nu'man bin Tsabit, yang seandainya berkata bahwa tiang masjid itu emas, niscaya perkataannya menjadi dipakai orang sebagai argumen."Tidaklah dikatakan berlebihan apa yang dikatakan Imam Malik


dalam menggambarkan diri Abu Hanifah, sebab beliau memang memiliki kekuatan dalam berhujjah, cepat daya tangkapnya, cerdas dan tajam wawasannya.

Buku sejarah dan kisah sangat banyak menggambarkan kekuatan argumentasinya dalam menghadapi lawan bicaranya ketika adu argumen,begitu pula ketika menghadapi penentang akidah. Semuanya membuktikan kebenaran pujian Imam Malik: "Seandainya dia mengatakan bahwa tanah di tanganmu itu emas, maka engkau akan membenarkannya karena alasannya yang tepat dan mengikuti pernyataannya."Bagaimana pula jika yang dipertahankan adalah
kebenaran, dan adu argumentasi untuk membela kebenaran?"

Sebagai bukti, ada seorang laki-laki dari Kufah yang disesatkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Dia termasuk orang terpandang dan didengar omongannya. ­Laki-laki itu menuduh di hadapan orang-orang bahwa Utsman bin Affan asalnya adalah Yahudi, lalu menganut Yahudi lagi setelah Islamnya.

Demi mendengar berita tersebut, Abu Hanifah bergegas menjumpainya dan berkata: "Aku datang kepadamu untuk meminang putrimu yang bernama fulanah untuk seorang sahabatku." Dia berkata: "Selamat atas kedatangan anda.Orang seperti anda tidak layak ditolak keperluannya wahai Abu Hanifah. Akan tetapi, siapakah peminang itu?" Beliau
menjawab:"Seorang yang terkemuka dan terhitung kaya di tengah kaumnya, dermawan dan ringan tangan, hafal Kitabullah 'Azza wa jalla, menghabiskan malam dengan satu rukuk dan sering menangis karena takwa dan takutnya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala."

Laki-laki itu berkata, "Wah .. wah .. , cukup wahai Abu Hanifah, sebagian saja dari yang anda sebutkan itu sudah cukup baginya untuk meminang seorang puteri Amirul Mukminin."

Abu Hanifah berkata: "Hanya saja ada satu hal yang perlu anda pertimbangkan." Dia bertanya: "Apakah itu?" Abu Hanifah berkata; "Dia seorang Yahudi." Mendengar hal itu, orang itu terperanjat dan bertanya-tanya: "Yahudi?! Apakah anda ingin saya menikahkan putri saya dengan seorang Yahudi wahai Abu Hanifah? Demi Allah aku tidak akan
menikahkan putriku dengannya, walaupun dia memiliki segalanya dari yang awal sampai yang akhir."

Lalu Abu Hanifah berkata: "Engkau menolak menikahkan puterimu dengan seorang Yahudi dan engkau mengingkarinya dengan kerasnya, tapi kau sebarkan berita kepada orang-orang bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam telah menikahkan kedua puterinya dengan Yahudi (yakni Utsman-pent)?"\

Seketika orang itu gemetaran tubuhnya lalu berkata: "Astaghfirullah, Aku memohon ampun kepada Allah atas kata-kata buruk yang aku ucapkan. Aku bertaubat dari tuduhan busuk yang saya lontarkan."

Contoh lain, ada seorang Khawarij bernama Adh-Dhahak AsySyari pernah datang menemui Abu Hanifah dan berkata:

Adh-Dhahak : "Wahai Abu Hanifah, bertaubatlah Anda."
Abu Hanifah : "Bertaubat dari apa?"
Adh-Dhahak : "Dari pendapat Anda yang membenarkan diadakannya
tahkim antara Ali dan Mu'awiyah.
Abu Hanifah : "Maukah anda berdiskusi dengan saya dalam persoalan ini?"
Adh-Dhahak : "Baiklah, saya bersedia."
Abu Hanifah: "Bila kita nanti berselisih paham, siapa yang akan menjadi
hakim di antara kita?"
Adh-Dhahak : "Pilihlah sesuka anda."
Abu Hanifah menoleh kepada seorang Khawarij lain yang menyertai orang itu lalu berkata:

Abu Hanifah : "Engkau menjadi hakim di antara kami." (dan kepada orang pertama beliau bertanya:) "Saya rela
kawanmu menjadi hakim,apakah engkau juga rela?"

Adh-Dhahak : "Ya saya rela."

Abu Hanifah : "Bagaimana ini, engkau menerima tahkim atas apa yang terjadi di antara saya dan kamu, tapi menolak dua sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang bertahkim?"

Maka Orang itu pun mati kutu dan tak sanggup berbicara sepatah katapun.

Contoh yang lain lagi, bahwa Jahm bin Sofwan, pentholan kelompok Jahmiyah yang sesat, penyebar bid'ah dan ajaran sesat di bumi pernah mendatangi Abu Hanifah seraya berkata,

Jahm : "Saya datang untuk membicarakan beberapa hal yang sudah saya persiapkan."
Abu Hanifah: "Berdialog denganmu adalah cela dan larut dengan apa yang engkau bicarakan berarti neraka yang menyala-nyala" Jahm: "Bagaimana bisa anda memvonis saya demikian, padahal Anda belum pernah bertemu denganku sebelumnya dan belum mendengar pendapat-pendapat saya?"Abu Hanifah: "Telah sampai kepada saya berita-berita tentangmu yang telah berpendapat dengan pendapat yang tidak layak keluar dari mulut ahli kiblat (muslim).Jahm: "Anda menghakimi saya secara sepihak?"

Abu Hanifah: "Orang-orang umum dan khusus sudah mengetahui perihal Anda, sehingga boleh bagiku menghukumi
dengan sesuatu yang telah mutawatir kabarnya tentang Anda.

Jahm: "Saya tidak ingin membicarakan atau menanyakan apa-apa kecuali tentang keimanan."

Abu Hanifah: "Apakah hingga saat ini kamu belum tahu juga tentang masalah itu hingga perlu menanyakannya kepada
saya?"
Jahm : "Saya memang sudah paham, namun saya meragukan salah satu bagiannya."
Abu Hanifah : "Keraguan dalam keimanan adalah kufur."
Jahm: "Anda tidak boleh menuduh saya kufur sebelum mendengar tentang apa yang menyebabkan saya kufur."
Abu Hanifah : "Silakan bertanya!"
Jahm: "Telah sampai kepadaku tentang seseorang yang mengenal dan mengakui Allah dalam hatinya bahwa Dia tak punya sekutu, tak ada yang menyamai-Nya dan mengetahui sifat-sifat-Nya, lalu orang itu mati tanpa menyatakan dengan lisannya, orang ini dihukurni mukmin atau kafir?"
Abu Hanifah: "Dia mati dalam keadaan kafir dan menjadi penghuni neraka bila tidak menyatakan dengan lidahnya apa
yang diketahui oleh hatinya, selagi tidak ada penghalang baginya untuk mengatakannya."
Jahm: ''Mengapa tidak dianggap sebagai mukmin padahal dia mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala dengan sebenarbenarnya?"
Abu Hanifah: "Bila anda beriman kepada Al-Qur'an dan mau menjadikannya sebagai hujjah, maka saya akan meneruskan bicara. Tapi jika engkau tidak beriman kepada Al-Qur'an dan tidak memakainya sebagai hujjah, maka berarti saya sedang berbicara dengan orang yang menentang Islam."
Jahm: "Bahkan saya mengimani Al-Qur' an dan menjadikannya sebagai hujjah."

Abu Hanifah: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan iman atas dua sendi, yaitu dengan hati dan lisan,bukan dengan salah satu saja darinya. Kitabullah dan hadits Rasulullah jelas-jelas menyatakan hal itu: "Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-­kitab mereka sendiri); seraya berkata:

"Ya Tuhan kami, kami telah beriman,maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke daIam golongan orang-orang yang saIeh?"
Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan,(yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di daIamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan ituIah balasan (bagi)orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)." (QS Al Maidah: 83-85)
Karena mereka mengetahui kebenaran dalam hati lalu menyatakannya dengan lisan, maka Allah Subhanahu wa ta'ala memasukkannya ke dalam jannah yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir karena pernyataan keimanannya itu. Allah juga berfirman: "Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya, Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya," ( QS Al-Baqarah: 136)

Allah menyuruh mereka untuk mengucapkannya dengan lisan, tidak hanya cukup dengan ma'rifah dan ilmu saja, Begitu pula dengan hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam: "Ucapkanlah, Laa ilaaha illallah, niscaya kalian akan beruntung."
Maka belumlah dikatakan beruntung bila hanya sekedar mengenal dan tidak dikukuhkan dengan kata-kata.

Rasulullah bersabda: "Akan dikeluarkan dari neraka barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah .. " Dan Nabi tidak mengatakan: "Akan dikeluarkan dari api neraka barangsiapa yang mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala."

Kalau saja pernyataan lisan tidak diperlukan dan cukup hanya dengan sekedar pengetahuan, niscaya iblis juga termasuk mukmin, sebab dia mengenal Rabbnya, tahu bahwa Allahlah yang menciptakan dirinya,Dia pula yang menghidupkan dan mematikannya, juga yang akan membangkitkannya, tahu bahwa Allah yang menyesatkannya. Allah
berfirman tatkala menirukan perkataannya: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS Al-A'raf: 12)

Kemudian: "Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia)
dibangkitkan." (QS Al-Hijr: 36)

Juga firman Allah: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus," (QS Al-A'raf: 16)

Seandainya apa yang engkau katakan itu benar, niscaya banyaklah orang-orang kafir yang dianggap beriman karena mengetahui Rabbnya walaupun mereka ingkar dengan lisannya.

Firman Allah Subhanahu wa ta'ala: "Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya." (QS An-Naml: 14).

Padahal mereka tidak disebut mukmin meski meyakininya, justru dianggap kafir karena kepalsuan lisan mereka.Abu Hanifah terus menyerang Jahm bin Shafwan dengan hujjah-­hujjah yang kuat, adakalanya dengan Al-Qur'an dan adakalanya dengan hadits-hadits. Akhirnya orang itu kewalahan dan tampaklah raut kehinaan dalam wajahnya. Dia enyah dari hadapan Abu Hanifah sambil berkata: "Anda telah mengingatkan sesuatu yang saya lupakan, saya akan kembali kepada anda." Lalu dia pergi untuk tidak kembali.

Kasus yang lain, sewaktu Abu Hanifah berjumpa dengan orang-­orang atheis yang mengingkari eksistensi Al- Khaliq Subhanahu wa ta'ala.

Beliau bercerita kepada mereka: "Bagaimana pendapat kalian, jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang,penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan
tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akalkah cerita ini?"

Mereka berkata: "Tidak mungkin. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun,wahai syeikh." Lalu Abu Hanifah berkata: "Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal ­yang berlayar sendiri tanpa
pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan mengaturnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?"

Begitulah, Abu Hanifah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebarkan dienullah dengan kekuatan argumen yang Dianugerahkan Al-Khaliq kepadanya. Beliau menghadapi para penentang dengan argumentasi yang tepat.

Tatkala ajal menjemputnya, ditemukan wasiat beliau yang berpesan agar dikebumikan di tanah yang baik, jauh dari segala tempat yang berstatus syubhat (tidak jelas) atau hasil ghashab

Ketika wasiat tersebut terdengar oleh Amirul Mukminin Al-Manshur beliau berkata: "Siapa lagi orang yang lebih bersih dari Abu Hanifah dalam hidup dan matinya."

Di samping itu, beliau juga berpesan agar jenazahnya kelak dimandikan oleh Al-Hasan bin Amarah. Setelah melaksanakan pesannya, Ibnu Amarah berkata, "Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala merahmati anda wahai Abu Hanifah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda karena jasa-jasa yang telah Anda kerjakan, sungguh Anda tidak
pernah putus shaum selama tiga puluh tahun, tidak berbantal ketika tidur selama empat puluh tahun, dan kepergian anda akan membuat lesu para fuqaha setelah Anda."



Sumber: Shuwaru min hayaati attaabi'iin

Read More
Posted in Article | No comments

Umar bin Al-Khaththab Masuk Islam

Posted on 8:36 AM by Unknown
Dahulu 'Umar bin Al Khaththab adalah seorang pemuda yang kuat. Dulu ia mengganggu kaum muslimin. Namun, di balik sikap kerasnya yang tampak ini, sebenarnya tersembunyi rasa kasih sayang dan simpati terhadap para sahabat.Alkisah ada seorang wanita
muslimah akan berhijrah. Ia hendak berhijrah ke Habasyah. Ia mendapat kabar bahwa 'Umar menghadangnya. Ketika itu wanita itu ada di atas tunggangannya.'Umar berkata: "Tunggangan ini hendak dibawa pergi wahai Ummu Abdillah?".Ia menjawab: "Ya, demi Allah! Kami benar-benar akan keluar, menuju bumi Allah. Kalian telah mengganggu dan menyusahkan kami, sehingga Allah menjadikan jalan keluar bagi kami."'Umar berkata:"Semoga Allah memberikan kebaikan padamu di waktu pagimu."Wanita itu berkisah: ''Aku melihat 'Umar memiliki rasa belas kasih, yang belum pernah kulihat sebelumnya. Kemudian ia beranjak pergi. Menurutku hijrah kami ke Habasyah telah mbuatnya sedih."Kemudian tampaklah bahwa persangkaan wanita itu benar. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam telah berdoa kepada Allah agar Allah menolong Islam dengan 'Umar.Ketika itu beliau berdo'a: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu yang lebih Engkau cintai di antara dua orang ini. Dengan Abu Jahal atau dengan 'Umar bin Al Khaththab. "Maka Allah kabulkan doa beliau. 'Umar masuk Islam. Kemudian Islam menjadi kuat dengannya. Setelah keislaman 'Umar, kaum muslimin dapat sholat di Masjidil Haram. Padahal sebelumnya mereka tidak mampu melakukannya.Hamzah dan 'Umar masuk Islam di tahun keenam kenabian.

Read More
Posted in Article | No comments

Monday, March 23, 2009

The Ideal Muslim Character 1

Posted on 8:41 PM by Unknown
The Prophet's[saw] Moral Teachings. The position of morality is not like that of the means of pleasure and luxuries, from which one may remain indifferent. Morality is the name of the principles of life which religion must adopt and must care for the respect of its standard bearers.The Prophet's[saw] Excellent Example.
class="fullpost">

Mere teachings and commands of Do's and Don'ts do not form the foundation of good moral character in a soceity because only this is not sufficient for developing these good qualities in the human nature; a teacher may merely order something done, or
left alone, and the society becomes moralist. The teachings of good conduct which is fruitful requires long training and constant watchfulness.

The training cannot be on the right lines if the example before the society is not such and commands not full confidence, because a person having a bad moral character cannot leave a good impression on his surroundings.

The best training can be expected only from such whose personality by force of its morality would create a sense of admiration in the beholder, and feel the urge to follow in his footsteps.

The holy prophet[saw] himself was the best example of a good moral character, to emulate which he was giving a call to his followers. Before advising them to adopt a moral life by giving sermons, and counsels, he would be sowing the seeds of
morality among his followers by actually living that sort of life.

Abdullah ibn Amar says:" Rasulullah[saw] was neither ill mannered or rude. He used to say that the better person among you are those who are best in their moral character.[Bukhari] Anas says:" I served Rasulullah[saw] for 10 years. He never
said "Uf"[ a sign of displeasure] nor did he ever say " why did you do this, " Or " why did you not do that."[Muslim]

It is also reported by him: " My mother used to take the prophet's hand and used to take him where ever she wanted. If any person came before him, and shake his hand, the prophet[saw] never used to draw his hand away till the other person did so
firts, and he never used to turn his face away from that person till the latter himself turned away.

And in meetings he was never seen squatting in such a way that his knees were protruding further than fellow squatters.[Tirmizi] Aisha[ra] says: "If there were 2 alternatives, Rasulullah[saw] would adopt the easier one, provided there was no sin in
it. If that work was sinful, he used to run away the farthest from it. The prophet[saw] did not take any personal revenge from any body. Yes, if Allah's[swt] command were to be disobeyed, then his wrath was to be stirred. Rasulullah[saw] did not beat
anybody with his own hands, neither his wife, nor servant. He used to fight in the wars in the cause of Allah[swt]. [Muslim]

Anas has narrated that : "I was walking with the prophet[saw] . He had wrapped around his body a thick chadar. An arab pulled the chadar so forcefully a part of his shoulder could be seen by me, and I was perturbed by the force exerted. The arab
then said" O Muhammed[saw]! Give me some of my share from the property which Allah[swt] has given you. Rasulullah[saw] turned towards and laughed, and gave orders for a donation to be given to him. [Bukhari]

Aisha[ra] says rasulullah[saw] said: Allah[swt] is soft hearted and likes softheartedness. And the reward which he gives for soft heartedness, nay such a reward He does not give for any thing.[ Muslim] In another tradition it is stated :
Softness in whichever thing it may be will make it beautiful. And from whichever thing it is taken out will become ugly."

Jair narrates that rasulullah[saw] has said: The reward which He gives for softeheartedness He does not give for folly; and when Allah[swt] makes any slave His favorite, He gives him softness. Those families devoid of softness become deprived of every virtue.[Tibrani] Abdullah bin Harith has reported that he did not see anyone smiling more than rasulullah[saw][ Tirmizi]

Aisha[ra] was aksed what the prophet[saw] did at home, she replied:" He used to be in the service of his home people and when it was time to pray, he used to perform ablutions and set for prayer."[Muslim]

Of all the traits of the prophet[saw] one trait he was very well known for was philantrophism. He was never miserly in anything. He was very brave and courageous. He never turned away from truth. He was justice loving. In his own decision he never commited any excess or injustice. In his whole life he was truthful and an honest trustee.

Allah[swt] has commanded all muslims to follow the excellent habits and best traits of rasulullah[saw] and to take guidance from his life. "Surely there is in the person of Allah's Messenger[saw] an excellent example for you- for every person who has hope in Allah[swt] and the hereafter and remembers Allah[swt], reciting His name many times. [Ahzab:21]

Qazi Ayaz says that rasulullah[saw] was the most excellent mannered and bravest of all. One night the people of Medina were terribly frightened by a sound; some proceeded towards the possible source, and saw the prophet[saw] approaching from
it. He had rushed before all others to find the cause.

Ali says in battles when fighting started we used to worry much about the prophet [saw] because no one was nearer to the enemy than him.

Jabar bin Abdullah says that whenever anything was asked of the prophet[saw], he never said no.

Once he received 70000 dirhams; they were placed before him on a mat. He distributed them standing, and did not refuse a single beggar till all the money was spent.

A man approached him and asked for something. He replied he was unable to give the latter anything at present, but asked him to buy something in his name, to be reimbursed when money was available. Umar stated:" Allah[swt] has not made it compulsory for you to do a thing like that over which you have no power or control." This saddened rasulullah[saw]; one ansari said:"O rasulullah[saw]! spend and do not be afraid of straitened circumstances imposed by Allah[swt]" At this, he smiled and his face shone as he said"I have been commanded to do this only."


Imaan Shivani Joshi

Read More
Posted in Article | No comments

CHILDREN'S RIGHTS ON PARENTS

Posted on 8:39 PM by Unknown
Social commandments begin with the birth of a child, hence we begin with the Prophet's Sallallahu Alayhi Wasallam sayings regarding birth and the duties of parents to the newborn child.
Saying of Adhaan (in the ears of a new-born child).


Abu Rafey (R.A.) relates that "I saw the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam saying the adhaan of salaah in the ear of his grandson, Hasan, when the child was born to his daughter Fatima."

Commentary: In this hadeeth only the saying of adhaan has been mentioned, but in another hadeeth reported by Husain (R.A.) the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam prescribed the saying of adhaan in the right ear and iqaamah in the left ear (of the new-born child, and also mentioned its auspiciousness. He said, that on account of it, the child remained safe from infantile epilepsy.

As these ahaadeeth show, the primary claim of a child on his parents is that his ears, and through his ears, his head and heart are made aquainted with the name of the Almighty and His Oneness and with the Call of Faith and salaah. The best way to it, evidently, is that adhaan and iqaamah are said in his ears, as these impart the knowledge of spirit and the fundamental practices of Islam in a most effect manner.

Tahneeq

When a child was born in the family of the Sahaaba(R.A.),they would take it to the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam so that he would bless it,and apply the pulp of a date, chewed by him, to its palate, which the Sahaaba believed would help to keep the child safe from evils and bring it good fortune. This is called 'Tahneeq' in Islamic terms Ayesha (R.A.) narrates that "The people used to bring their new-born children to the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam and he would bless them and perform the Tahneeq."

This shows that when a child is born in a Muslim home, it should be taken to a virtuous, pious person to receive his blessing and have the Tahneeq done. It is one of the sunnah practices that have now sadly become extinct.

Aqeeqah

In almost all the communities of the world, the birth of a child is considered a blessing and some ceremony is held to celebrate the
event. Besides being natural, it also serves a special purpose, and makes it known, in a suitable and dignified manner, that the father has accepted the child as his own and there is no doubt or suspicion in his mind concerning it. It shuts the door to many Mischiefs that can arise in the future. The practice of aqeeqah was observed among the Arabs,even during the Age of Ignorance, for this very reason.The hair on the child's head was shaved off and its weight equivalent was sacrificed as a mark of rejoicing - which was a characteristic feature of Millat-u Ibrahim (the religion of Prophet Ibrahim (A.S.)) While preserving the practice in principle, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam gave appropriate instructions, and he set an example of how it was to be done.

It is reported by Buraidah (R.A.) that "During the Age of Ignorance", when a child was born to anyone of us, we used to slaughter a goat and smear the head of the child with its blood. Later, after the dawn of Islam, our practice became, (on the advice of the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam) that we sacrifice a goat of aqeeqah on the seventh day after the birth of a child, and shave the head of the infant, and apply saffron on it."

Since, as we have seen, the aqeeqah served as a useful purpose in many ways, and was also in keeping with the spirit of Islam and, perhaps, like the rituals of Hai, it was among the remaining practices of Millat-u-Ibrahim, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam preserved the reality of aqeeqah, but corrected the backward practices that had become associated with it.

The aqeeqah ceremony was also observed by the Jews, but they sacrificed an animal only in the case of a male child - which was indicative of the lesser value placed on girls in the pre-Islamic times. The Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam corrected this too, and enjoined that the aqeeqah of girls should also be performed, like that of the boys. However, keeping in mind the natural difference between the two sexes, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam laid down that while one goat was to be sacrificed in the aqeeqah of a female child, two should be sacrificed in the aqeeqah of a male child - provided that one's financial position permitted it.

It is reported by Abdullah ibn Amr ibn-ul-Aa's (R.A.) that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "To whomsoever a child is born, and he wants to perform a sacrifice of aqeeqah on behalf of it, he should sacrifice two goats for a boy and one for a girl."

Commentary: As is evident in this hadeeth, aqeeqah is not obligatory, but it is among the Mustahab acts, i.e. those acts which are
recommended and rewardable but are not binding or compulsory. In the same way it is not necessary to sacrifice two goats for a male child. It is better to sacrifice two, if one can afford it, otherwise, one is enough.

In some ahaadeeth, the giving away in charity of silver equal in weight to the child's shaved hair, or its price in cash, is also mentioned, in addition to the sacrifice of the animal. This too is Mustahab and not compulsory.

The command to perform the aqeeqah on the day of the birth has not been given, perhaps for the reason that, at the time the family is occupied with the needs and comforts of the mother and the shaving of the hair (head) can also be harmful to the child. Generally, after a week the mother gets well and does not need special attention and the baby, too, becomes strong enough to go through the shaving of the hair.

In some other ahaadeeth, it is said that the child should also be named on the seventh day, together with aqeeqah, but from a few other ahaadeeth it appears that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam had named children even on the day of their birth. There is, as such, no harm in naming the child before the seventh day, but if it has not been done, the child should be named on the seventh day, together with the aqeeqah.

The aqeeqah ceremony, as we've seen consists of two acts: the shaving of the hair (head) and the sacrifice of the animal. There is a peculiar link between the two acts and these acts are among the religious practices of Millat-u-ibrahim. In Haj, too, they go together - where the pilgrims have their hair (head) shaved after the Adhiyah. Thus, aqeeqah also, is a practical demonstration of our association with Nabee Ibrahim (A.S.) and of the fact that the child, too, is a member of the same community.

Tasmiya

That the child be given a good name is also an obligation of the parents.

Abdullah ibn Abbas (R.A.) relates that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "It is also a claim of the child on his father that he gives him a good name and teaches him good manners."

In another hadeeth, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "on the Day of Resurrection, you will be called out by your name and the name of your father. -The call will be:- so and-so, son of so-and-so, therefore, give good names."

From these sayings and the practices of the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam, we get the guidance that it is the responsibility of the parents to give names to their children or have them named by a pious person.

Religious Upbringing

All the prophets, and, lastly the Prophet Muhammed Sallallahu Alayhi Wasallam have stressed that the brief earthly stay of a human being is an introduction to the everlasting life of Eternity. It, therefore, follows that a greater attention is paid to the betterment of prospects in the life to come and attainment of happiness in the Hereafter than to the affairs and interests of this life. Thus, the Holy Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam has enjoined upon the parents to take care of the religious instruction of their children from the very beginning, otherwise they will be called to account for negligence on the Day of Judgement.

It is related by lbn Abbas (R.A.) that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "Have your children utter, first of all, the Kalima of Laa-ilaha-iliallah, (i.e. let these be the first words that they speak), and emphasize upon them to utter the same Kalima at the time of their death."

Commentary: The child begins to receive the impression of what it sees or hears from the time of its birth. The saying of adhaan and iqaamah in the ears of a newly-born infant, also, gives a clear indication of it. This hadeeth shows that when a child begins to speak, it should be taught to utter the Kalima, as a first step towards its education. It further tells that when the dying moment is near, a person should, again be urged to pronounce the same Kalima. Blessed indeed is the man who when he utters the first words, on coming into this world, it is the Kalima, and the same Kalima is on his lips when he departs.

The Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam has said "No father gives a better gift to his children than good manners and good character."

It is related by Anas (R.A.) that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "Show respect to your children and adorn them with good manners." Showing of respect to one's children denotes that they should be treated not as a burden, but a blessing and trust of Allah, and brought up with care and affection.

In another hadeeth, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "When your children attain the age of seven, insist upon them to offer salaah (regularly), and when they are ten years old, punish them if they do not, and have separate beds for them (to sleep on)."

Commentary: Children generally, develop the faculty of understanding at the age of seven, and it is time that their feet were set on the parth of the worship of Allah. They should, therefore, be told to offer Salaah regularly when they attain that age. At ten, their powers of discretion and intelligence are fairly advanced and they begin to approach maturity. At that time, the observance of Salaah ought to be enjoined strictly upon them, and they should be taken to task, in an appropriate manner, if they fail to do so. They should further be required to sleep on separate beds and not together (which is permitted up to the age of ten).

All these, in brief, are the rights of children, both boys and girls, on their parents, and the parents will have to render a full account in respect of them on the Day of Reckoning.

Showing Kindness to Daughters

Even now daughters are considered an unwanted burden in some societies and instead of rejoicing, an atmosphere of grief and disappointment is produced in the family at their birth. This is the position, today, but in the pre-Islamic times the daughters were positively considered a shame and disgrace among the Arabs, so much so that even the right to live was denied to them. Many a hard-hearted parent used to strangle his daughter to death, with his own hands, when she was born, or bury her alive. The Qur'aan says:

"When news is brought to one of them, of the birth of a female, his face darkens and he is filled with inward grief. He hides himself with shame, from the people, because of the bad news he has had. (Asking himself): shall he keep it in contempt or bury in the dust. Ah: What an evil choice they decide."

Abdullah ibn Abbas (R.A.) reports that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "Whoever becomes the father of a girl, he should neither hurt her nor treat her with contempt nor show preference over her to his sons in kindness and affection. (Both boys and girls should be treated alike.) Allah will grant him Paradise in return for kind treatment towards the daughter."

It is narrarated that a very poor woman, with two daughters, came to Ayesha's (R.A.) place to beg. By chance, Ayesha (R.A.) had only one date with her, at that time, which she gave to the woman. The woman broke the date into two partsand gave one part each to the girls. She did not eat anything of it herself. When after some time, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam came, Ayesha (R.A.) related the incident to him, upon which he remarked:

"The believing man or woman upon whom there is the responsibility of daughters and he or she discharges it well and treats them with affection, the daughters will become a means of freedom, for him or her, in the hereafter."

It is related by Anas (R.A.) that the Prophet (S.A.W.) said "The believer who bears the responsibility of two daughters and supports them till they attain Puberty, he and I will be close to one another like this on the Day of Judgement." Anas (R.A.), adds that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam showed, by joining the fingers of his (the fingers were close to one another), in the same way will the believer be close to him on the Day of Judgement.

Abu Saeed Khudri (R.A.) relates that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "Whoever bears the responsibility of three daughters or sisters or even of two daughters or sisters, and bears it well, and looks after their training and welfare properly, and then, gets them married, Allah will reward him with Paradise."

In these ahaadeeth, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam has not only stated that kind treatment was the natural right or claim of the daughters, but, also that the believers who fulfilled the obligation towards them in a good and proper manner would be rewarded with Paradise in the hereafter. He, further, gives the joyful tidings that such a man will be close to him, on the Day of Judgement, as the fingers of a hand are, when joined together.

Treating All the Children Equally

The Holy Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam has emphasised that parents should be just and fair to all the children, particularly in matters of gifts and kindness, and it must not be that while one gets more the other gets less or nothing. Besides being desirable in itself, equality to all the children also meets the demands of justice and equity which is pleasing to the Almighty. Besides, if discrimination is made among the children and one is favoured more than the other, it will lead to ill-will and jealousy, and nothing but evil can arise from this. The child who is discriminated against will bear a grudge against the father, - the painful consequences of which, are easy to imagine.

Narrates No'man ibn Bashir(R.A.), "My father took me to the Prophet (S.A.W.) and said (to him), "I have given a slave to this son of mine." The Prophet enquired, "Have you given the same to all of your sons?" "No," my father replied. The Prophet, thereupon, said, "It is not correct. Take it back.""

In another version, of the same hadeeth, The Prophet asked, "Do you want all your children to be equally devoted to you?" "Yes, of course," he replied. The Prophet said "Then do not act like that (let it not be that you give some property to one child and exclude the others.)"

In yet another version it is added that the Prophet remarked, "I cannot be a witness to an act of injustice."

In this hadeeth, it is enjoined upon parents not to discriminate among their children when it comes to giving them something as a gift etc. This has been condemned by the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam as unist and unfair. Some of the learned people have gone to the extent of calling it Haraam, but the majority of them hold the view that though it is not Haraam, it is Makrooh, and highly undesirable.

It must, however, be emphasised that the command applies only to a situation where the preferential treatment is based on a consideration that is not lawful or justifiable in the eye of the Shariah, otherwise no blame will be attached to it. For example, if a child is physically handicapped and cannot earn his livelihood like his brothers, a special favour to him will not be incorrect, but to an extent it will be essential and worthy of Divine reward. Similarly, should any child dedicate himself to the cause of Imaan or public welfare and have no time to look after his economic needs, it would also be correct and deserving of reward, to make a reasonable allowance for him over the other children.

There is no harm if preference is shown to one of the children with the consent of the others (ie the brothers & sisters).

In a hadeeth, the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam says, "Treat all your children equally in regard to free gifts. If I were to show
preference in this matter, I would show it to daughters.(If equality was not necessary and binding, I would have declared that more be given to daughters than to sons.)"

It can be concluded from this hadeeth that though, after the death of the parents, the shares of daughters in ancestral property is half of the sons, in their life-time, the share of both the sons and the daughters is equal. Therefore whatever the parents give to the sons, in their life-time, should also be given to the daughters.

Responsibility of Marriage

It is the duty of parents to arrange the marriage of their children when they come of age. The Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam has stressed that it should be taken seriously and with a full sense of responsibility. Abu Saeed Khudri and Abdullah ibn Abbas (R.A.) narrated that the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam said "Whoever is blessed by the Creator with children should give them good names, a good training, teach them good manners, and arrange for their marriage when they attain the age of puberty. If he does not pay due heed to it and fails to get them married, on reaching marriagable age (due to negligence) and they take to ways that are forbidden, the father will be held responsible for it."

Commentary:- In this hadeeth the marriage of the children, too, on their attaining the marriagable age, has been made a responsibility of the father. But alas we are growing increasingly indifferent to it mainly because we have made marriage a most tiresome and expensive affair by following and adopting the customs of others.

If we follow the good example of the Prophet Sallallahu Alayhi Wasallam and begin to perform marriages as he had performed his own marriage or the marriages of his daughters, the whole ceremony will be as easy and simple, as it is for a Muslim to observe and fulfill the Friday prayers. Blessings will then flow from it - of which we have deprived ourselves, through thoughtless imitations of un-islamic societies.

by Shaikh Musa Ibrahim Menk
Read More
Posted in Article | No comments

Sunday, March 22, 2009

Do'a Anak yang soleh

Posted on 8:39 AM by Unknown
Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang boleh berbicara terus dengan Allah S.W.T Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah.Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.


Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan bertetangga dengan aku?".
Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mengikut tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dituju.

Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tuan rumah itu tidak langsung melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Tidak lama kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu digendongnya dengan cermat. Nabi Musa terkejut melihatnya. "Ada apa ini ?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan.

Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian diantar lagi ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudiannya diantar lagi ke kamar.
Setelah selesai barulah dia melayani Nabi Musa. Nabi Musa bertanya "Wahai saudara! Apa agama kamu?". "Agama ku Tauhid", jawab pemuda itu yaitu agama Islam. "Mengapa kamu membela babi? Kita tidak boleh berbuat begitu." Kata Nabi Musa.

"Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah orang tua kandungku. Oleh kerena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah merubah wajah mereka menjadi babi yang buruk rupanya. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Setiap hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menajdi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.", sambungnya.

"Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampuni. Aku bermohon supaya Allah menukarkan wajah mereka menjadi manusia kembali, tetapi Allah masih belum mengabulkan.", tambah pemuda itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. "'Wahai Musa, inilah orang yang akan bertetangga dengan kamu di Syurga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orang tuanya. Orang tuanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia berbakti juga. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak soleh disisi Kami."

Allah juga berfirman lagi yang artinya: "Oleh kerana dia telah berada di maqam anak yang soleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua orang tuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga."

Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa orang tua yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga. Ini juga hendaklah dengan syarat dia berbakti kepada orang tuanya. Walaupun hingga ke peringkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan orang tua kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.

Walau seburuk apapun perangai kedua orang tua kita itu bukan urusan kita, urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Walau banyak sekali dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah S.W.T supaya kedua orang tua kita diampuni Allah S.W.T.
Doa anak yang soleh akan membantu kedua orang tuanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para orang tua di alam kubur.

Sayang seorang anak kepada ibu dan bapanya bukan melalui hantaran uang, tetapi sayang seorang anak pada kedua orang tuanya ialah dengan doanya supaya kedua orang tuanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.

Amien
Read More
Posted in Mutiara | No comments

Friday, March 20, 2009

Meyakini Kemujaraban Hukum Allah untuk Kehidupan Manusia

Posted on 9:37 AM by Unknown
Allah telah meyakinkan kepada manusia tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah, yang didalamnya terkandung petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum yang perlu dipatuhi oleh umat manusia.


Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (QS. 2:2)

Tidaklah mungkin al-Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (QS. 10:37)

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin? (QS. 5:50)

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, Dialah yang menciptakan manusia dengan dilengkapi aqal dan hati, namun aqal dan hati manusia baru akan berfungsi dengan benar dan sempurna bila telah diatur dengan mengikuti hukum-hukum Allah. Bila manusia telah mentaati hukum-hukum Allah, bertekun dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka sampailah manusia pada derajad manusia yang arif bijaksana, manusia yang diliputi petunjuk Allah manusia yang diberi hikmah oleh Allah

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. 39:23)

Umat islam perlu meningkatkan keyakinannya tentang Ke Maha Bijaksanaan Allah tentang hukum-hukum yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena di dalamnya terkandung kelengkapan yang akan mengatur Jasmani dan Rohani Manusia.
Banyak orang yang tetap saja menjadi jahat walaupun telah berkali-kali keluar masuk penjara, namun dengan dipenjara tidak membuatnya jera untuk berbuat kejahatan. Banyak pula orang-orang tua yang telah berkali-kali memukuli anak-anaknya agar anaknya menjadi baik. Namun semakin anak-anak dipukul maka semakin bertambah jahatnya dan bahkan menumbuhkan dendam dihati yang tumbuh berkembang bersama pertumbuhannya menuju kedewasaan.
Tidak ada yang lebih mudah dan lebih tepat, mengatur kehidupan masing-masing diri manusia kecuali dengan mengikuti cara hidup Rasulullah SAW, mengamalkan Sunnah-Sunnah Rasulullah dalam mengamalkan Al-Qur’an, hal tersebut disatu sisi akan menumbuhkan kelezatan dihati untuk tetap baik dan sholih, dan disisi lain akan menumbuhkan rasa menyesal kenapa kita sering terpeleset mengisi hidup dengan hal-hal yang memperbesar dosa dan kekotoran hati.
Sistem hukum dan pengadilan yang dibuat oleh manusia tidak akan dapat menghadirkan malaikat untuk membantu manusia dalam beramal sholih, atau mengusir syaitan yang senantiasa mengajak manusia untuk mencelakakan diri, berbuat jahat dan durhaka kepada Allah.
Namun Hukum Allah, firman Allah mampu menangani itu semua. Dengan mencintai hukum-hukum Allah, mencintai mengamalkan Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka ketertiban, kedamaian, kebahagiaan umat manusia akan lebih cepat terwujud dengan cara yang lebih murah dan dengan kwalitas yang jauh lebih tinggi.
Memang Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan mengatur hukum di dalam kehidupan dengan sangat mendetil seperti misalnya bagaimana mengatur sebuah lalulintas di sebuah kota metropolitan, dsb. Namum manusia yang telah memiliki hikmah dan kearifan, memiliki kesholihan akan dapat membuat hukum yang lebih tepat dan adil tentang tata cara berlalu lintas yang baik, sehingga dapat mengatasi kesulitan dan kerumitan dalam masalah-masalah yang detil. Dan tentunya untuk masalah-masalah kehidupan yang lain-lainnya.
Memang sebenarnya seluruh umat manusia membutuhkan sebuah aturan dan hukum yang datangnya dari Allah, khusus buat untuk mengatur diri mereka masing-masing, agar tiap-tiap diri bisa menjadi manusia yang lebih arif, lebih bisa bersikap adil, dan lebih bisa mengungkapkan segala sesuatu dengan lebih bijaksana. Segala Puji Bagi Allah, sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, Tuhan Langit dan Bumi, Tuhan segala sesuatu.


Read More
Posted in Article | No comments

Thursday, March 19, 2009

A Muslim is a brother to a Muslim

Posted on 8:56 PM by Unknown
by Shariffa Carlo Al Andalusia

Allah has made the relationship of the Muslim to a Muslim more sacred than any relationship, even that of blood, culture or nation. He has united us into one ummah, the Muslim ummah, and has made us responsible for each other. The relationship between the Muslims is a sacred one:

...A Muslim is the brother of a Muslim. He neither oppresses him nor humiliates him nor looks down upon him. The piety is here, (and while saying so) he pointed towards his chest thrice. It is a serious evil for a Muslim that he should look down upon his brother Muslim. All things of a Muslim are inviolable for his brother in faith; his blood, his wealth and his honor. Sahih Muslim Book 31, Number 6219.

We have special responsibilities towards our brothers and sisters in Islam that we do not have towards the non-Muslim, and the rights of Allah come first, and the rights of Allah include the treatment we give to our brothers and sisters in Islam. We are to consider the Muslim, first and foremost, regardless of our relationships. The Muslim is sacred for us in his faith, his blood and his honor. The act of looking down upon a Muslim brother or sister is a serious sin in Islam. Think about this. How many times do we look down to the Muslim for his or her position in life. For instance, a brother refuses to consider a woman for marriage because she is a maid, or a sister refuses to consider a brother because he has not finished college. Yet, these people are great in their deen and their manners. This is a serious offense, to look down upon a Muslim because his or her social status does not suit us. We mu! st also not assume the worst about people. Many Muslims from overseas come here having been warned that the African American Muslims are not good. They are dangerous. They are not "real" Muslims. Shame on us for accepting such a thing before we have even a chance to meet one of them! Based on such presumptions, many of us would prefer to assist a non-Muslim in need, while ignoring our brothers and sisters. The ties of Islam must be stronger than all other ties. The most vivid example of this is that of the prophet Noah and his son.

Allah tells us;
And Noah called upon his Lord, and said: "O my Lord! surely my son is of my family! and Thy promise is true, and Thou art the justest of Judges!" He said: O Noah! Lo! he is not of thy household; lo! he is of evil conduct, so ask not of Me that whereof thou hast no knowledge. I admonish thee lest thou be among the ignorant. 11:45-46

Here was the prophet's own son, and Allah was telling him that the son's disobedience had effectively removed him from the family unit and from Allah's protection. How did Noah react to this?

Noah said: "O my Lord! I do seek refuge with Thee, lest I ask Thee for that of which I have no knowledge. And unless thou forgive me and have Mercy on me, I should indeed be lost!" 11:47

and

Noah said: "This day nothing can save, from the command of Allah, any but those on whom He hath mercy! 11:43

The Prophet was true to his character, recognizing the wisdom of Allah over his own judgement, and he sought forgiveness for his assumption.

Another example of this is Prophet Lut. He fled his city by Allah's command, and tried to save his family, but this was not the will of Allah, for his wife was not of the believers. "But we saved him and his family, except his wife: she was of those who lagged behind" 7:83 Here we see that Allah did not save the wife of the Prophet. He had to choose between obeying Allah and saving his wife, he had no choice, he obeyed Allah. He knew that the only relationships that exist are those for the sake of Allah - seeking His Great Pleasure.

We are supposed to love each other for the sake of Allah, no other reason. If we do this, the rewards are so great:

For example:

Narrated AbuHurayrah: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: Verily, Allah would say on the Day of Resurrection: Where are those who have mutual love for My Glory's sake? Today I shall shelter them in My shadow when there is no other shadow but the shadow of Mine. Sahih Muslim: Book 31, Number 6225.

and

Narrated AbuHurayrah: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: A person visited his brother in another town and Allah deputed an Angel to wait for him on his way and when he came to him he said: Where do you intend to go? He said: I intend to go to my brother in this town. He said: Have you done any favour to him (the repayment of which you intend to get)? He said: No, excepting this that I love him for the sake of Allah, the Exalted and Glorious. Thereupon he said: I am a Messenger to you from Allah (to inform you) that Allah loves you as you love him (for His sake). Sahih Muslim: Book 31, Number 6226.

We can not hold enmity/hatred for our fellow Muslims. Too often I hear Muslims talking about other Muslims because they are from a particular race or nation. How many times have you heard Arabs insulted or Pakistanis or Indians, for what is perceived to be a flaw in their deen or character as a race? Too often. It is easy to argue that Saudi or the other Arab nations are not living up to their duties as Muslim nations, and in the same breath, we praise America for what it does. Brothers and sisters: I am here to tell you that the worst of the Muslim states: the worst Muslim ruler: the worst Muslim on this earth is better in the sight of Allah than the best kafir! Do not doubt this.

Allah says:

And remember Moses said to his people: "O my people! Ye have indeed wronged yourselves by your worship of the calf: So turn (in repentance) to your Maker, and slay yourselves (the wrong-doers); that will be better for you in the sight of your Maker." Then He turned towards you (in forgiveness): For He is Oft-Returning, Most Merciful. 2:54

The Muslim has rights upon us, and we must fulfill these rights first. then we can help others, but we can not go to a non-Muslim when a Muslim needs. The fact of belief in Allah is what makes the Muslim's life sacred. The Muslim servant of Allah can not be ignored, for serving/helping him is equal to serving/helping Allah.

Narrated AbuHurayrah: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said, Verily, Allah, the Exalted and Glorious, will say on the Day of Resurrection: O son of Adam, I was sick but you did not visit Me. He will say: O my Lord, how could I visit Thee when Thou art the Lord of the worlds? Thereupon He will say: Didn't you know that a certain servant of Mine was sick but you did not visit him, and were you not aware that if you had visited him, you would have found Me by him? O son of Adam, I asked you for food but you did not feed Me. He will say: My Lord, how could I feed Thee when Thou art the Lord of the worlds? He will say: Didn't you know that a certain servant of Mine asked you for food but you did not feed him, and were you not aware that if you had fed him you would have found him by My side? (The Lord will again say:) O son of Adam, I asked you for something to drink but you did not provide Me with any. He will say: My Lord, how coul! d I provide Thee with something to drink when Thou art the Lord of the worlds? Thereupon He will say: A certain servant of Mine asked you for a drink but you did not provide him with one, and had you provided him with a drink you would have found him near Me. Sahih Muslim: Book 31, Number 6232.

How far does this go? How far does the ties go? When the ansar welcomed the muhajireen, they shared everything with them. They divided their property in half. They even offered their wives to be wives the Muhajireen. They became brothers in the true sense of the word.

I remember an example of a story I read of how a man took his shahadah. He was in a hospital. He was sharing a room with a Muslim man. One day some people came to visit the Muslim. They came in, hugged the Muslim brother, kissed him, greeted him with love and affection. They visited with this brother for a period, and shared a closeness that was true and unbound. After they left, the man asked the Muslim if these were his brothers who had visited him. The Muslim said, "No, they learned that I was sick today, at the Friday prayer, and they came to visit me. I just met them today." This shocked the man. These people had not acted in that awkward stranger fashion. They had acted like true brothers. This led the man to ask questions and finally accept Al Islam. This duty, visiting the sick had the special blessings from Allah, and this time had the extra blessing of serving as a! vehicle to guide a man to Islam.


Narrated Thawban: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: The one who visits the sick is in fact like one who is in the fruit garden of
Paradise so long as he does not return. Sahih Muslim: Book 31, Number 6227

We expect too much from each other. We want everyone to be perfect just because he or she is Muslim. We go to the Muslim countries expecting a nation of angels. It does not exist. We have to stop thinking that the Muslim must be perfect because he/she has accepted Allah. None of us is perfect. Even in the Prophet's time, there were hypocrites, drunks, adulterers, thieves and slanderers. And these were the companions! We must recognize that we are imperfect creatures, and Allah wants us that way. If we were not of those who sin and return to our Lord in repentance, He would destroy us and bring about a nation that is. We have to be patient with each other and avoid anger.

Narrated AbuHurayrah: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: The strong man is not one who wrestles well but the strong man is one who controls himself when he is in a fit of rage. Sahih Muslim: Book 31, Number 6313.

We have to forgive each other our sins against each other:

Narrated Abdullah ibn Umar: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: It is not permissible for a Muslim to have estranged relations with his brother beyond three days. Muslim: Book 31, Number 6212.

We have to be kind to each other:

Narrated Aisha: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: Aisha, verily Allah is kind and He loves kindness and confers upon kindness which he does not confer upon severity and does not confer upon anything else besides it (kindness). Sahih Muslim: Book 31, Number 6273:

and

Narrated Aisha: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: Kindness is not to be found in anything but that it adds to its beauty and it is not withdrawn from anything but it makes it defective. Sahih muslim: Book 31, Number 6274.

We have to guard our tongues against backbiting him/her:

Narrated AbuHurayrah: Allah's Apostle (peace_be_upon_him) said: Do you know who is poor? They (the Companions of the Prophet said: A poor man amongst us is one who has neither dirham with him nor wealth. He (the Prophet) said: The poor of my Ummah would be he who would come on the Day of Resurrection with prayers and fasts and Zakat but (he would find himself bankrupt on that day as he would have exhausted his funds of virtues) since he hurled abuses upon others, brought calumny against others and unlawfully consumed the wealth of others and shed the blood of others and beat others, and his virtues would be credited to the account of one (who suffered at his hand). And if his good deeds fall short to clear the account, then his sins would be entered in (his account) and he would be thrown in the Hell-Fire. Sahih Muslim: Book 31, Number 6251.

Let us not forget, while we are being patient with each other's faults that we have a special obligation of advising each other:

Except those who believe and do good, and enjoin on each other truth, and enjoin on each other patience 103:3

We have to not take allies except from the Muslims, especailly against each other:

O you who believe! do not take the Jews and the Christians for friends; they are friends of each other; and whoever amongst you takes them for a friend, then surely he is one of them; surely Allah does not guide the unjust people. 5:51

Last but not least, I beg you, brothers and sisters, to be careful in what you say and feel for your fellow Muslims. We are not perfect, but we all share a common bond, love for Allah and His messenger. Even the worst of Muslims will fight to the death to defend his Lord, his Messenger and His deen. May Allah give us all increased faith, knowledge and love for each other. Ameen.
Read More
Posted in Article | No comments

Larangan Mencuri dan Hukumannya

Posted on 2:16 AM by Unknown
Firman Allah SWT :

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maka barangsiapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah
melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [QS. Al-Maidah : 38-39]


Hadits-hadits Nabi SAW :

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Sesungguhnya orang-orang Quraisy disibukkan
oleh kejadian seorang wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata,
“Siapa orang yang berani menyampaikan masalah itu kepada Rasulullah
SAW (agar mendapat keringanan hukuman )”. Lalu diantara mereka ada
yang berkata, “Siapa lagi yang berani menyampaikan hal itu kepada beliau
kecuali Usamah kecintaan Rasulullah SAW ?”. Lalu Usamah
menyampaikan hal itu kepada beliau. Maka Rasulullah SAW bersabda
kepada Usamah, “Apakah kamu akan membela orang yang melanggar
hukum dari hukum-hukum Allah ?”. Kemudian beliau berdiri dan
berkhutbah. Beliau bersabda, “Hai para manusia, sesungguhnya yang
menyebabkan hancurnya orang-orang sebelum kalian bahwasanya mereka
itu apabila orang terhormat di kalangan mereka yang mencuri, mereka
membiarkannya, tetapi jika orang lemah diantara mereka yang mencuri,
mereka menghukumnya”Demi Allah, seandainya Fathiah bint Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1315].
Read More
Posted in Hadits Nabi | No comments

Orang yang terlanjur bersumpah dengan Laata dan ‘Uzzaa

Posted on 1:57 AM by Unknown
Orang yang terlanjur bersumpah dengan Laata dan ‘Uzzaa

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
diantara kalian bersumpah dan dalam sumpahnya itu dia terlanjur berucap
“Demi Laata”, maka hendaklah dia segera berucap, “Tidak ada Tuhan
selain Allah”. Dan barangsiapa mengatakan kepada temannya, “Kemarilah
sekelompok kaum Asy’ariy datang kepada Nabi SAW meminta kendaraan
untuk mengangkut kami. Lalu beliau bersabda, “Demi Allah, aku tidak bisa
membawa kalian. Aku tidak punya kendaraan untuk membawa kalian”. (Abu
Musa berkata) : Kemudian kami diam beberapa saat. Lalu didatangkan
kepada beliau beberapa unta, kemudian beliau menyuruh kami untuk
menggunakan tiga unta yang punuknya putih. Ketika kami sudah berangkat,
kami berkata (atau sebagian kami berkata kepada yang lain), “Allah tidak
akan memberi berkah kepada kita. Dahulu ketika kita datang kepada
Rasulullah SAW untuk meminta kendaraan, beliau terlanjur bersumpah
untuk tidak membawa kita. Tetapi buktinya beliau sekarang memenuhi
permintaan kita”. Kemudian mereka datang menemui Rasulullah SAW dan
menceritakan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Bukan aku
yang membawa kalian, akan tetapi Allah yang membawa kalian. Adapun
aku, demi Allah, insyaa Allah aku tidak bersumpah atas suatu sumpah,
kemudian aku melihat yang lebih baik dari sumpahku itu, melainkan aku
membayar kaffarah sumpah itu dan aku melaksanakan yang lebih baik itu”.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1268]


Dari Abu Musa Al-Asy’ariy, ia berkata : Kami pernah menemui Rasulullah
SAW untuk meminta agar beliau bisa membawa kami. Lalu beliau
bersabda, “Aku tidak punya kendaraan untuk membawa kalian. Demi Allah,
aku tidak bisa membawa kalian”. Tetapi kemudian Rasulullah SAW
mengirim kepada kami tiga ekor unta yang putih punuknya, lalu aku
bertanya (dalam bathin), “Sesungguhnya kami datang kepada Rasulullah
SAW untuk meminta kendaraan kepada beliau, dan beliau telah bersumpah
Dari Abdurrahman bin Samurah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan.
Sesungguhnya jika jabatan itu diberikan kepadamu lewat permintaan, maka
kamu akan menanggungnya sendiri. Tetapi jika jabatan itu diberikan
kepadamu bukan karena permintaanmu, maka kamu akan ditolong dalam
memikul tanggungjawab itu. Dan jika kamu telah terlanjur bersumpah,
kemudian kamu melihat ada sesuatu yang lebih baik dari pada sumpahmu
itu, maka hendaklah kamu membayar kaffarah sumpahmu dan hendaklah
kamu mengerjakan sesuatu yang lebih baik itu”. [HR. Muslim juz 3, hal.
1273]
Read More
Posted in Hadits Nabi | No comments

Tuntunan Rasulullah SAW tentang sumpah

Posted on 1:37 AM by Unknown
Sumpah dan kaffarahnya

Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai
penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di
antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah
tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang
disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun. [QS. Al-Baqarah : 224-225]

Dari ‘Abdullah (bin ‘Umar), dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah
mendapati Umar bin Khaththab berada diantara sekelompok orang-orang
yang mengendarai unta. Pada waktu itu Umar bersumpah dengan nama
ayahnya. Kemudian Rasulullah SAW memberitahukan kepada mereka,
“Ingatlah, sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla melarang kalian bersumpah
dengan menyebut bapak-bapak kalian. Maka barangsiapa bersumpah,
hendaklah dia bersumpah dengan Nama Allah, atau diam”. [HR. Muslim juz
3, hal. 1267]

Dari Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
bersumpah, maka janganlah dia bersumpah kecuali dengan Nama Allah”.
Dahulu orang-orang Quraisy biasa bersumpah dengan menyebut bapakbapaknya.
Lalu beliau bersabda, “Janganlah kalian bersumpah dengan
menyebut bapak-bapak kalian”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1267]
Read More
Posted in Hadits Nabi | No comments

Tuesday, March 17, 2009

Menikamati Hidup

Posted on 11:37 PM by Unknown
"BERBUATLAH BAIK KEPADA ORANG YANG BAIK KEPADAMU DAN BERBUATLAH BAIK KEPADA ORANG YANG BURUK KEPADAMU".Kalimat ini dikutip dari sastra arab yang dikupas dari hadist oleh para ulama,menurut penuturan dari Drs. KH Muhatadi Alawy (Almarhum).kalimat ini disampaikan di Majelis Ta'lim Soebono Mathofani,begini ceritanya
Pernahkah anda sakit hati kepada seseorang atau orang disekitar anda karena ulahnya?saya pernah mengalami dan saya praktekkan ternyata sungguh berat pada kalimat yang ke dua tetapi saya tetap melawannya dengan rasa ikhlas karena Allah swt,Ternyata dengan kesabaran dan tetap baik dan tidak dendam kepada seseorang maka hasilnya akan lebih baik.seseorang yang semula buruk berbalik mengakui atas perbuatannya kepada saya,semoga pagi para pembaca dan saya selaku penulis tetap diberi rahmat,nikmat iman serta nikamt islam,Amiin
Read More
Posted in Mutiara | No comments

Hijrah Abu Bakar bersama Rasulullah

Posted on 11:31 PM by Unknown
Tidak banyak orang dapat mengambil pelajaran dari hijrahnya Abu Bakar besama dengan Rasulullah kecuali ulul albab, yakni mereka yang mempunyai pikiran dan memanfaatkan pikiran mereka dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya banyak yang merasa puas dengan menganggap hijrah mereka, selamatnya mereka dari kepungan dan kejaran orang-orang kafir sebagai suatu mukjizat yang tentu saja tidak bisa dinalar sehingga tidak dapat dijadikan pelajaran bagi kita sebagai hamba biasa.
Namun demikian sejarah menunjukkan ada 9 sunatullah yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan Abu Bakar demi menyelamatkan diri dari kepungan dan kejaran orang-orang kafir.

Yang pertama, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib untuk tidur di kamar beliau. Hal ini insya Allah untuk mengelabuhi agar orang banyak yang sedang mengepung mengira bahwa Rasulullah tidak pergi sehingga dapat mereka tangkap besok pagi. Secara sunnatullah dapat memberi waktu yang cukup longgar bagi Rasulullah dan Abu Bakar untuk menyelinap ke luar dan pergi.

Yang ke dua, ketika meninggalkan rumah Rasulullah berjalan biasa, bahkan diberitakan melemparkan pasir kepada orang-orang di luar rumah. Insya Allah hal ini dimaksudkan untuk mengelabuhi agar para pengepung mengira yang sedang berjalan adalah teman mereka.

Yang ke tiga, dengan dibantu oleh keluarga dan para pembantunya Abu Bakar telah menyiapkan makanan, perbekalan, dan kendaraan untuk mereka guna melarikan diri (hijrah).

Yang ke empat, sebelum Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan tempat, Abu Bakar menyuruh pembantunya untuk menggembalakan kambing di belakang rombongan. Insya Allah hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan/menghapus jejak mereka berdua karena teertutup jejak kaki kambing yang digembalakan.

Yang ke lima, ketika matahari mulai nampak, hari menjelang pagi mereka berdua bersembunyi di dalam gua Tsur. Insya Allah kalau mereka tetap berjalan akan ketahuan, tersusul dan tertangkap.

Ke enam mereka hijrah dengan menempuh jalur yang tidak biasa ditempuh orang yang akan pergi dari Makkah ke Yatsrib, jalur alternatif. Insya Allah hal ini untuk menghindari kejaran orang yang biasa menempuh jalur umum Makkah-Yatsrib.

Ke tujuh, Mereka ternyata membawa seorang penunjuk jalan yang telah mengetahui betul jalur alternatif tersebut. Tentu hal ini untuk menghindari tersesat dan memudahkan perjalanan ke Yastrib.

Ke delapan, Abu Bakar yang sangat menghormati Rasulullah saw ini merelakannya berjalan kaki sedang dirinya "enak-enak" berada di atas onta ketika mereka melihat ada orang yang mengejar mereka. tentu ini strategi supaya pengejar tidak mengira bahwa yang berjalan itu adalah orang yang sangat dihormati oleh Abu Bakar yakni Rasulullah Muhammad saw.

Dan yang ke sembilan, ketika pengejar (si pemburu hadiah) telah berhasil menyusul dan bertanya kepada Abu Bakar siapakah orang yang bersama Abu Bakar sedang menuntun onta itu, Abu Bakar dengan diplomatis menjawab "Dia adalah penunjuk jalanku." Si Pemburu hadiah itu tentu akan segera membunuh Rasulullah bila Abu Bakar mengatakan bahwa dia Muhammad Rasulullah. Benar Rasulullah adalah penunjukk jalan keselamatan Abu Bakar dunia akherat.

Sembilan sunatullah menuju keselamatan yang dijaga ketat oleh dua orang yang paling dekat kepada Allah tersebut ternyata oleh umatnya sering dilupakan. Seolah mereka mendapatkan pertolongan Allah tanpa disertai dengan usaha maksimal. Yang benar tidak demikian. Bahkan dalam setiap langkah perjuangan Rasulullah, beliau senantiasa menyertakan upaya maksimal untuk mencapai nusratullah yang disebut keberhasilan. Demikianlah karakter Rasulullah dan para sahabat. oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan yang sama, untuk mengundang nusratullah yang sama, sebaiknya kita juga menempuh cara yang sama, yakni sama-sama mujahadah dalam berfikir, mengatur strategi, dan mengimplementasikan strategi tersebut demi keberhasilan perjuangan yang senatiasa kita doakan.
Read More
Posted in Article | No comments

Monday, March 16, 2009

Meyakini Kemujaraban Hukum Allah untuk Kehidupan Manusia

Posted on 4:13 AM by Unknown
Allah telah meyakinkan kepada manusia tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah, yang didalamnya terkandung petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum yang perlu dipatuhi oleh umat manusia.

Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (QS. 2:2)
Tidaklah mungkin al-Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (QS. 10:37)Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin? (QS. 5:50)
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, Dialah yang menciptakan manusia dengan dilengkapi aqal dan hati, namun aqal dan hati manusia baru akan berfungsi dengan benar dan sempurna bila telah diatur dengan mengikuti hukum-hukum Allah. Bila manusia telah mentaati hukum-hukum Allah, bertekun dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka sampailah manusia pada derajad manusia yang arif bijaksana, manusia yang diliputi petunjuk Allah manusia yang diberi hikmah oleh Allah
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. 39:23)
Umat islam perlu meningkatkan keyakinannya tentang Ke Maha Bijaksanaan Allah tentang hukum-hukum yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena di dalamnya terkandung kelengkapan yang akan mengatur Jasmani dan Rohani Manusia.
Banyak orang yang tetap saja menjadi jahat walaupun telah berkali-kali keluar masuk penjara, namun dengan dipenjara tidak membuatnya jera untuk berbuat kejahatan. Banyak pula orang-orang tua yang telah berkali-kali memukuli anak-anaknya agar anaknya menjadi baik. Namun semakin anak-anak dipukul maka semakin bertambah jahatnya dan bahkan menumbuhkan dendam dihati yang tumbuh berkembang bersama pertumbuhannya menuju kedewasaan.
Tidak ada yang lebih mudah dan lebih tepat, mengatur kehidupan masing-masing diri manusia kecuali dengan mengikuti cara hidup Rasulullah SAW, mengamalkan Sunnah-Sunnah Rasulullah dalam mengamalkan Al-Qur’an, hal tersebut disatu sisi akan menumbuhkan kelezatan dihati untuk tetap baik dan sholih, dan disisi lain akan menumbuhkan rasa menyesal kenapa kita sering terpeleset mengisi hidup dengan hal-hal yang memperbesar dosa dan kekotoran hati.
Sistem hukum dan pengadilan yang dibuat oleh manusia tidak akan dapat menghadirkan malaikat untuk membantu manusia dalam beramal sholih, atau mengusir syaitan yang senantiasa mengajak manusia untuk mencelakakan diri, berbuat jahat dan durhaka kepada Allah.
Namun Hukum Allah, firman Allah mampu menangani itu semua. Dengan mencintai hukum-hukum Allah, mencintai mengamalkan Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka ketertiban, kedamaian, kebahagiaan umat manusia akan lebih cepat terwujud dengan cara yang lebih murah dan dengan kwalitas yang jauh lebih tinggi.
Memang Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan mengatur hukum di dalam kehidupan dengan sangat mendetil seperti misalnya bagaimana mengatur sebuah lalulintas di sebuah kota metropolitan, dsb. Namum manusia yang telah memiliki hikmah dan kearifan, memiliki kesholihan akan dapat membuat hukum yang lebih tepat dan adil tentang tata cara berlalu lintas yang baik, sehingga dapat mengatasi kesulitan dan kerumitan dalam masalah-masalah yang detil. Dan tentunya untuk masalah-masalah kehidupan yang lain-lainnya.
Memang sebenarnya seluruh umat manusia membutuhkan sebuah aturan dan hukum yang datangnya dari Allah, khusus buat untuk mengatur diri mereka masing-masing, agar tiap-tiap diri bisa menjadi manusia yang lebih arif, lebih bisa bersikap adil, dan lebih bisa mengungkapkan segala sesuatu dengan lebih bijaksana. Segala Puji Bagi Allah, sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, Tuhan Langit dan Bumi, Tuhan segala sesuatu.

Read More
Posted in Article | No comments

Saturday, March 14, 2009

The Pleasures of Paradise in Brief

Posted on 9:10 AM by Unknown
God has said in the Quran:

“And give good news (O Muhammad) to those who believe and do good deeds, that they will have gardens (Paradise) in which rivers flow....” (Quran 2:25)

God has also said:

“Race one with another for forgiveness from your Lord and for Paradise, whose width is as the width of the heavens and the earth, which has been prepared for those who believe in God and His messengers....” (Quran 57:21)


The Prophet Muhammad, may the mercy and blessings of God be upon him, told us that the lowest in rank among the dwellers of Paradise will have ten times the like of this world,[1] and he or she will have whatever he or she desires and ten times like it.[2] Also, the Prophet Muhammad said: “A space in Paradise equivalent to the size of a foot would be better than the world and what is in it.”[3] He also said: “In Paradise there are things which no eye has seen, no ear has heard, and no human mind has thought of.”[4] He also said: “The most miserable man in the world of those meant for Paradise will be dipped once in Paradise. Then he will be asked, ‘Son of Adam, did you ever face any misery? Did you ever experience any hardship?’ So he will say, ‘No, by God, O Lord! I never faced any misery, and I never experienced any hardship.’”[5]

If you enter Paradise, you will live a very happy life without sickness, pain, sadness, or death; God will be pleased with you; and you will live there forever. God has said in the Quran:

“But those who believe and do good deeds, We will admit them to gardens (Paradise) in which rivers flow, lasting in them forever....” (Quran 4:57)


Read More
Posted in Article | No comments

Friday, March 13, 2009

How To Benefit From the Holy Quran

Posted on 12:34 AM by Unknown
Allah the Most High says:

"Indeed in this there is a remembrance for those who have a living heart, listen attentively and are awake to taking heed." (Quran: Qaaf:37)
Therefore, if you desire to benefit from Quran, gather your heart when reciting it, focus your attention to it and focus as if you are the one being directly addressed by it. For indeed it is an address from Allah via the path of the Messenger (p.b.u.h.). This is because gaining complete benefit from Quran is dependent upon the object providing the benefit, the place by which it is to be received, the conditions related to attaining the benefit and the non existence of anything that may hinder the benefit from occurring. Hence the verse contains an explanation of all of these points, with the shortest and clearest of words, and those that best prove the point. Thus the saying of Allah: (Indeed in this there is a remembrance) has an inference to what has preceded the verse from the beginning of Soorah Qaaf up to this verse and this is what is causing the benefit. Whilst the saying of Allah (who have a living heart) then this refers to the place that receives the benefit and this is the heart that has life and comprehends what Allah has sent, as Allah the Most High says:

"Indeed this is only a clear reminder and a plain Quran so as to warn those who have a living heart." (Yaaseen: 69-70)
And His saying (listen attentively) i.e. who turns his attention to it and listens mindfully to what is being said. This is the condition that is placed so that one can be benefited by it. And His saying (are awake to taking heed) i.e. that the heart is attentive to it. Ibn Qutaibah said: "Listen to the book of Allah whilst your heart and mind are attentive, not neglectful nor distant."This is an inference to the matter that prevents one from attaining benefit. That is when the heart is distant and unmindful such that it does not understand what is being said, nor comprehend it.Therefore, if the cause of the benefit - Quran, is found and the place of receiving it - and that is the heart has life - and the condition is fulfilled - and that is listening attentively - and the barriers that would prevent benefit from being attained are avoided - and that is the heart being pre-occupied with something else and it being unmindful of what is said - then one attains the benefit, of being benefited by Quran. (al-Fawaa'id by Ibn-ul-Qayyim)

Source: www.islaam.com
Read More
Posted in Article | No comments
Newer Posts Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)

Popular Posts

  • Spiderman Shattered Dimensions - RELOADED
    Spiderman Shattered Dimensions - RELOADED | 8.17 Gb Genre: Action Game Type : ISO Release Date: Q4 2010 Here we have a new action,adventu...
  • How and Why verify your site?
    Privacy is important to Google, which is why Google Webmaster Tools asks you to prove you own a site before showing you stats and data abou...
  • 5 Reasons to Blog Anonymously (and 5 Reasons Not To)
    This guest post is by Phil (not his real name) of somehighschoolblog . It used to be impossible to run a business anonymously. Sure, some au...
  • Would Google Adsense Ever Ban You?
    Adsense publishing is such a lucrative business for so many webmasters. It is a business with a simple strategical approach; you make money ...
  • Free Hosting under Google and free failed
    Do you want to host your external java script files in unlimited bandwidth? If you host your files on google code you can do for free. This ...
  • Free download TeamViewer Manager 5.1.904
    TeamViewer Manager 5.1.904 | 17 MB An optional database tool that stores your partner details in a database that can also be shared over ...
  • 8 Tips To Decrease Your Blog’s Bounce Rate
    Bounce rate is a term used by Google Analytics ; it refers to visitors who land on your blog and leave without going to any other page. The ...
  • Fasting (Saum)
    Every year in the month of Ramadan, all Muslims fast from first light until sundown, abstaining from food, drink, and sexual relations. Thos...
  • Hands on, Swipe finger on the Nokia N9 screen
    Nokia recently introduced the N9 at Nokia Connection 2011 event. Here it is Nokia's first smartphone with MeeGo operating system . What...
  • Expert Hard Drive Recovery After Reformatting
    Computers are equipment that also can suffer crashes from wear and tear. Over long-term use, computers can crash on their own. In fact, 44% ...

Categories

  • .Net
  • .NET 3.5
  • .Net Tools
  • About Adsense
  • Agile
  • ALT.NET
  • Anti-Virus
  • Article
  • ASP.NET MVC
  • C# 3
  • Cara Pasang
  • CI Factory
  • Computer
  • Continuous Integration
  • Courseware
  • DI/IOC
  • Download Games
  • Download Karaoke
  • Download software
  • Download template
  • Download Template
  • Exchange Link
  • Google
  • Hadits Nabi
  • Hiring
  • IEEE
  • IIS 7
  • Info electronic
  • Lambda
  • Lean
  • Linux
  • MbUnit
  • Messages
  • MS Exchange 2003
  • Mutiara
  • Navigation
  • News
  • NHibernate
  • NxtGenUG
  • Other
  • Practices and Patterns
  • Qurdist
  • Resharper
  • Scrum
  • Security
  • Seo
  • Small Business Server
  • SQL Server 2008
  • Testing
  • TFS
  • Tips
  • Trick
  • Tutor
  • Ubuntu
  • UML
  • Verifying
  • Virtual Instrument
  • Virtual PC
  • Virtual Server
  • Visual Studio 2010
  • wcf
  • Web
  • Windsor

Blog Archive

  • ►  2012 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2011 (71)
    • ►  July (1)
    • ►  June (43)
    • ►  May (20)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
  • ►  2010 (113)
    • ►  December (22)
    • ►  November (4)
    • ►  September (8)
    • ►  July (7)
    • ►  May (3)
    • ►  April (11)
    • ►  March (35)
    • ►  February (5)
    • ►  January (18)
  • ▼  2009 (143)
    • ►  December (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (12)
    • ►  August (14)
    • ►  July (23)
    • ►  June (1)
    • ►  May (18)
    • ►  April (23)
    • ▼  March (36)
      • Mutiara Kata
      • Building a Reusable Builder: An internal DSL in C#
      • Abu Hanifah An-Nu'man (bukti akan kepandaian dan k...
      • Ummu Haram Binti Malhan -radhiallaahu 'anha-nhu
      • Abu Hanifah An-Nu'man (bukti akan kepandaian dan k...
      • Umar bin Al-Khaththab Masuk Islam
      • The Ideal Muslim Character 1
      • CHILDREN'S RIGHTS ON PARENTS
      • Do'a Anak yang soleh
      • Meyakini Kemujaraban Hukum Allah untuk Kehidupan M...
      • A Muslim is a brother to a Muslim
      • Larangan Mencuri dan Hukumannya
      • Orang yang terlanjur bersumpah dengan Laata dan ‘U...
      • Tuntunan Rasulullah SAW tentang sumpah
      • Menikamati Hidup
      • Hijrah Abu Bakar bersama Rasulullah
      • Meyakini Kemujaraban Hukum Allah untuk Kehidupan M...
      • The Pleasures of Paradise in Brief
      • How To Benefit From the Holy Quran
      • Hajj in Quran
      • Marriage in Islam (by Dr. Ahmad Shafaat (1984)
      • Di Balik Sholat
      • RAHASIA ADZAN
      • Alhamdulillah
      • TYPES OF SADAQAH
      • Aspect of Islamic Mysticism
      • Salah (Prayer)
      • Why Women Are Coming to Islam
      • Sex and Marriage in Islam
      • Adl, Ihsan and Qurba
      • Islam - An Historic Perspective
      • Three Who Were Tried on Wealth
      • Shalat (Prayer)
      • Zakat (Charity)
      • Fasting (Saum)
      • THE MESSAGE
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2008 (30)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (5)
    • ►  July (3)
    • ►  June (6)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
Powered by Blogger.

About Me

Unknown
View my complete profile